22 Nama Kerajaan Di Indonesia & Sejarahnya (Terlengkap) – Indonesia di masa lalu memiliki banyak kerajaan di berbagai daerah di nusantara.
22 Nama Kerajaan Di Indonesia & Sejarahnya (Terlengkap)
Masih ingat kerajaan apa saja yang pernah ada di Indonesia?
Nama Kerajaan Di Indonesia Dan Sejarahnya
Berikut ini materi tentang nama-nama kerajaan di Indonesia.
Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai ialah kerajaan dengan corak agama Hindu paling tua di Indonesia. Kerajaan Kutai berdiri pada 400 M berlokasi di tepi Sungai Mahakam Kalimantan Timur. Raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Kutai yaitu Kudungga (raja pertama), Aswawarman dan Mulawarman.
Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara juga bercorak Hindu serta berdiri pada 450 terletak di Jawa Barat. Raja Tarumanegara yaitu Purnawarman.
Kerajaan Kaling
Kerajaan Kaling berlokasi di Jawa Tengah dan berdiri pada 674 M serta dipimpin oleh Ratu Sima yang berusaha agar rakyatnya menjadi rakyat yang jujur. Jhanabhadra ialah pendeta terkenal di masa itu.
Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya bercorak Budha yang ada di Sumatera Selatan di abad ke-7. Sakyakirti adalah guru agama yang terkenal. Raja-raja Sriwijaya yaitu Sri Jayanaga, Balaputradewa dan Sri Sangrawijayatunggawarman. Kerjaan ini runtuh sebab diserang oleh Raja Colamadala dari India serta Raja Kertanegara dari Kerajaan Singosari.
Kerajaan Melayu
Kerajaan Melayu ada hampir bersamaan dengan kerajaan Sriwijaya namun berhasil dikuasai Kerajaan Sriwijaya pada 692 M.
Kerajaan Mataram Hindu
Kerajaan Mataram Hindu beribukota Medang Kamulan yang ada di Jawa Tengah. Raja-raja Mataram Hindu yaitu Sanna, Sanjaya (Rakai Mataram Ratu Sanjaya), Rakai Panangkaran (Syailendra Sri Maharaja Dyah Pancapanan Rakai Panangkaran).
Kerajaan ini terpecah menjadi dua sesudah masa pemerintahan Rakai Panangkaran menjadi pemeluk hindu dan Budha. Syailendra Budha ada di Jawa Tengah bagian selatan dan Syailendra Hindu ada di dekat Pegunungan Dieng. Kemudian, dipersatukan lagi oleh Rakai Pikatan. Raja-raja berikutnya yaitu Rakai Pikatan, Balitung (Rakai Watukura), Daksa, Tulodong, wawa dan Empu Sendok.
Kerajaan Wangsa Isyana
Pusat pemerintahan Syailendra tahun 929 ke Jawa Timur dilakukan Empu Sendok dan mendirikan dinasti baru bernama Wangsa Isyana. Raja-raja Wangsa Isyana yaitu Empu Sendok (Maharaja Rake Hino Sri isyana Wikramadharmotunggadewa), Sri Isyanatunggawijaya, Makutawangsawardhana, Dharmawangsa (Sri Dharmawangsa teguh Anantawikramatunggadewa) dan Airlangga.
Kemudian, kerajaan ini dipecah oleh Empu Bharada menjadi Singosari (Jenggala) beribukota Kahuripan dan Kediri (Panjalu) beribukota Daha.
Kerajaan Kediri
Kerajaan Jenggala berada di bawah kuasa Raja Mapanji Garasakan dan Kerajaan Kediri dipimpin Raja Sri Samarawijaya. Perebutan kekuasaan keduanya terjadi hingga tahun 1502 dan selama setengah abad selanjutnya, dua kerajaan itu tak pernah agi disebut dalam sejarah.
Lalu, tahun 1117 kerajaan itu muncul kembali dengan raja-rajanya Sri Maharaja Rakai Sirikan Sri Kameswara dan Jayabhaya. Kitab Bharatayudha karya Empu Sedah yang diteruskan Empu Panuluh muncul di masa itu. Karya lain Empu Panuluh yakni Gatutkacasraya dan Hariwangsa.
Pujangga lain yang populer masa itu yakni Empu Tanakung (Lubdaka dan Werasancaya) dan Empu Darmaja (Smaradhahana). Kerajaan kediri runtuh tahun 1222 karena penaklukan oleh Ken Arok.
Kerajaan Bali
Raja-raja Bali paling terkenal berasal dari Wangsa warmadewa yakni Sri Candrabhayasingka Warmadewa dan Udayana (Dharmoyana Warmadewa). Udayana mempunyai tiga putra :
- Airlangga, menantu Raja Dharmawangsa dan menjadi Raja Kahuripan.
- Marataka, pengganti Udayana.
- Anak Wungsu pengganti Marataka pada 1049 dan meninggalkan 28 Prasasti Singkat di antaranya Tampak Siring, Sangit, Gununng Panulisan dan Gua Gajah.
Setelah pemerintahan Wangsa Warmadena, raja-raja lain yang memerintah Bali yakni Jayasakti pemilik kitab undang-undang (Uttara Widhi Balawan dan Rajawacana tahun 1133 sampai 1150) dan Jayapangus yang memakai kitab Manawasasanadharma tahun 1117 sampai 1181. Kerajaan bali ditaklukan Kertanegara dari Singosari pada 1284.
Kerajaan Singosari
Kitab Pararaton dan Negarakertagama mencakup riwayat pemerintahan raja-raja Singosari yakni :
- Ken Arok, yang mampu menaklukan Kerajaan Kediri tahun 1222 di Ganter sesudah membunuh Akuwu Tumapel dan Tunggul Ametung. Ken Arok pendiri kerjaan ini bergelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabhumi sekaligus pendiri Wangsa Rajasa.
- Anusapati, anak Tunggul Ametung dan Ken Dedes naik tahta sesudah membunuh Ken Arok. Lalu, Tohjaya (anak Ken Arok dan Ken Umang) naik tahta setelah membunuh Anusapati. Muncul pemberontakan pada 1248 oleh Ranggawuni (anak Anusapati) dan Mahisa Campaka (cucu ken Arok dan Ken Dedes).
- Ranggawuni (Sri Jaya Wisnuwardhana) tahun 1248 sampai 1268 menjadi pemimpin bersama dengan Mahisa Campaka bergelar Narasinghamurti.
- Kertanegara (Sri Maharajadhiraja Sri Kertanegara) pada 1269 sampai 1292 dalah raja terbesar. Ia mengirim ekspedisi pamalayu pada 1275 dan berhasil menaklukan Pahang, Bali, Sunda, Gurun (Maluku) dan Bakulapura (Kalimantan Barat Daya) sekaligus menjalin persahabatan dengan Jayasinghawarman (Raja Campa). Singosari ditaklukan Jayakatwang dari kediri pada 1292.
Kerajaan Majapahit
Raja-raja Majapahit yaitu :
Kertarajasa Jayawardhana (1292 – 1309)
Kerajaan Majapahit didirikan Raden Wijaya (cucu Mahisa Campaka) tahun 1292 sesudah memperdaya tentara kubilai Khan dari China yang bermaksud menghukum raja Jawa yang telah menghina utusannya, Meng Ki, pada masa Kertanegara di Singosari.
Kertanegara sudah dikalahkan Jayakatwang dari Kediri sehingga tentara China menghancurkan Kediri. Raden Wijaya yang bersiasat dibantu Arya Wiraraja bisa memukul balik tentara China sehingga mampu menjadi raja pertama Majapahit bergelar Kertarajasa Jayawardhana.
Raden Wijaya menikahi putri Kertanegara yakni Tribhuana (permaisuri), Gayatri, Narendraduhita dan Prajnaparamita. Kertarajasa mangkat pada 1309 dengan meninggalkan putra-putra Jayanegara (anak permaisuri), Sri Gitaraja (dari Gayatri yang menjadi Bhre Kahuripan) dan Dyah Wiyat (dari Gayatri yang menjadi Bhre Daha).
Sri Jayanegara (1309 – 1328)
Jayanegara melanjutkan tahta sang ayah dengan gelar Sri Jayanegara namun mendapat pemberontakan :
- Pemberontakan oleh Ranggalawe dari Tuban
- Pemberontakan oleh Sora tahun 1311
- Pemberontakan oleh Nambi pada 1316
- Pemberontakan oleh Kuti pada 1319 membuat Jayanegara mengungsi ke Desa Bedander bersama Gajah Mada. Gajah Mada berhasil membuat Jayanegara kembali bertahta sehingga diangkat menjadi patih Kahuripan dan kediri.
Jayanegara memakai lambang Minadwaya (dua ekor ikan) selama masa pemerintahannya.
Tribhuwana (1328 – 1350)
Jayanegara wafat tanpa putera sehingga gayatri atau rajapatni berhak naik tahta. Gayatri yang menjadi bhiksuni menyerahkan haknya pada Sri Gitarja, Bhre Kahuripan dengan gelar Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardhana.
Muncul pemberontakan oleh Sadeng yang mampu diredam Gajah mada sehingga ia diangkat menjadi perdana menteri pada 1331 dan mengucapkan Sumpah Palapa. Gayatri wafat pada 1350 dan Tribhuwana menyerahkan tahtanya pada Hayam Wuruk.
Rajasanegara (1350 – 1389)
Hayam Wuruk menjadi raja saat masih 16 tahun dengan gelar Rajasanegara dan raja terbesar di Majapahit didampingi Mahapatih Gajah Mada. Kekuasaan Majapahit mencakup semua kepulauan Nusantara, Tummasik (Singapura) dan Semenanjung Melayu.
Karya sastra yang terkenal pada masa ini yakni Negarakertagama (Empu Prapanca) dan Sutasoma atau Purusadahanta serta Arjunawijaya (Empu Tantular). Kepergian Gajah Mada pada 1364 digantikan oleh empat orang menteri disusul dengan kepergian Hayam Wuruk pada 1389.
Wikramawardhana (1389 – 1429)
Hayam Wuruk hanya punya seorang putri, Kusumawardhani yang kemudian naik tahta dengan suaminya Wikramawardhana. Bhre Wirabumi (anak selir) yanng diberi wewenang memerintah wilayah Blambangan menginginkan kuasa lebih untuk berada di posisi Wikramawardhana melancarkan perang (Perang Paregreg) pada 1401 sampai 1406.
Bhre Wirabumi gugur. Wikramawardhana wafat pada 1429 dan kekuasaan Majapahit memudar karena banyak kerajaan kecil memisahkan diri. Kemudian, Bhatara Prabu Girindrawardhana dari Daha pada 1478 menaklukan Majapahit dari raja terakhir Raja Kertabumi.
Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Samudera pasai madalah kerajaan Islam pertama di Indonesia yang ada di Aceh Utara dan berdiri pada abad 13. Raja-rajanya yaitu Sultan Malik Al-Saleh (1297 M) dan Sultan Mahmud (Sultan Malik Al-Tahir).
Kerajaan Demak
Raja-raja Kerajaan Demak yaitu :
Raden Patah (1500 – 1518)
Bupati Demak muslim di awal 1500 yakni Raden Patah memisahkan diri dari Majapahit dan membangun Kerajaan Demak dibantu para ulama. Kerajaan ini berkembang menjadi pusat perkembangan Islam di nusantara. Terjadi pemutusan hubungan Demak dengan Malaka pada 1511 sebab Potrugis menguasai Malaka. Armada Demak di bawah komando Pati Unus pada 1513 menyerang Malaka namun tidak berhasil.
Pati Unus (1518 – 1521)
Pati unus dijuluki Pangeran Sabrang Lor hanya menjabat posisi raja selama 3 tahun.
Sultan Trenggono (1521 – 1546)
Menantu Pati unus ini memercayakan komando armada demak pada Faletehan seorang ulama asal pasai pada 1522 untuk merebut Banten, Sunda Kelapa dan Cirebon dari Pajajaran. Sultan Trenggono gugur dalam upaya penaklukan Pasuruan pada 1546 dan terjadi perebutan kekuasaan antara Pangeran Sekar (adik Sultan Trenggono) dan Sunan Prawoto (putra pertama Sultan Trenggono) yang akhirnya jatuh ke tangan Sunan Prawoto setelah membunuh pamannya. Tak lama, ia dibunuh Arya Penangsang (anak Pangeran Sekar).
Kerajaan Pajang
Jaka Tingkir (menantu Sultan Trenggono) berhasil menyingkirkan Arya penangsang dengan bantuan Kyai Ageng pemanahan sehingga naik tahta dengan gelar Adiwijaya serta memindahkan pusat kerajaan ke Pajang. Kerajaan pajang tidak berdiri lama.
Kepergian Sultan Adiwijaya menyisakan perebutan kekuasaan antara Arya Pangiri (anak Sunan Prawoto) yang berhasil digagalkan Pangeran Benawa (anak Sultan Adiwijaya) bersama dengan Sutawijaya (anak Kyai Ageng Pemanahan).
Pengarena Benawa merasa tidak mampu menggantikan sang ayah sehingga menyerahkannya pada Sutawijaya yang akhirnya menjadikan Mataram sebagai pusat pemerintahan.
Kerajaan Mataram Islam
Sutawijaya bergelar Penambahan Senopati yang wafat pada 1601.
Kerajaan Banten
Faletehan berhasil menguasai Banten, Sunda Kelapa dan Cirebon. Adanya perebutan kekuasaan di Demak, maka pada 1522 Faletehan memberikan putranya Hasanuddin wilayah Banten sekaligus menjadikannya raja Banten pertama. Fokus Faletehan adalah agama islam di Gunung Jati Cirebon. Raja- raja Banten ialah :
- Pangeran Yusuf (1570)
- Maulana Mahmud (naik tahta di usia 9 tahun) dan gugur dalam upaya penaklukan Palembang pada 1596
- Abdulmufakir (naik tahta di usia 5 tahun) dibantu oleh mangkubumi Jayanegara.
Kerajaan Malaka
Raja-raja Malaka yaitu :
- Paramisora, palrian dari majapahit yang masuk Islam dan namanya menjadi Sultan Iskandar Syah
- Sultan Mansyur Syah
- Sultan Mahmud Syah
Kerajaan Malaka dikuasai portugis pada 1511.
Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh masih kerajaan kecil pada awal abad 16 di bawah pemerintahan Kerajaan Pedir. Raja-raja Aceh yaitu :
- Sultan Ibrahim. Aceh memisahkan diri dari Pedir. Aceh berkembang sebab Malaka jatuh ke tangan Portugis membuat para pedagang Gujarat dan Arab beralih perdagangannya ke Aceh.
- Sultan Iskandar Muda (1607 – 1639) yang membuat Aceh mencapai masa kejayaannya.
Kerajaan Ternate
Kerajaan Ternate berdiri sekitar abad 13 dan menjadi kerajaan Islam di bawah pemerintahan Sultan Baabullah Ternate serta mencapai puncak kejayaan. Sultan Baabullah mampu mengusir Portugis keluar dari Maluku pada 1575. Sultan Baabullah digelari Yang Dipertuan di 72 Pulau yang mampu memperluas wilayah kekuasaan hingga Filipina.
Kerajaan Tidore
Kerajaan Tidore terletak di Maluku dengan corak Islam. Portugis dan Spayol pernah mengadu domba Tidore dengan Ternate namun akhirnya dua kerajaan itu bersatu menyingkirkan Portugis dari Maluku.
Raja Tidore yang paling terkenal adalah Sultan Nuku yang tak gentar melawan Belanda. Kekuasaan Sultan Nuku mencakup Halmahera, Kai, Seram dan Papua.
Kerajaan Makassar
Sulawesi Selatan dihuni dua kerajaan di abad 16 yakni kerajaan Gowa dan Talo yang bersatu dengan nama Gowa-Talo atau Makassar beribukota Sombaopu. Raja-raja Sulawesi yaitu :
- Daeng Manribia dari Gowa bergelar Sultan Alaudin
- Karaeng Matoaya dari Talo dengan gelar Sultan Abdullah
- Sultan Hassanuddin yang mampu membawa Makassar mencapai puncak kejayaan
Kerajaan Banjar
Abad 16 dengan bantuan Demak, Kerajaan Banjar di Kalimantan Selatan berhasil menguasai Daha. Kerajaan banjar bercorak Islam yang dipimpin oleh Raden Samudra atau Sultan Suryanullah.
Demikian materi 22 Nama Kerajaan Di Indonesia & Sejarahnya (Terlengkap). Semoga penjelasan di atas berguna bagi para pembaca. Terima kasih sudah membaca artikel kami, baca juga artikel kami lainnya 🙂