9 Macam Shalat Sunnah Berjamaah Dan Munfarid (Terlengkap) – Rumah ibadah bagi umat muslim disebut dengan masjid. Selayaknya umat muslim senantiasa menghormati dan memuliakan masjid.
Memuliakan rumah ibadah dapat dilakukan dengan cara shalat sunnah dua rakaat. Shalat sunnah dua rakaat dilakukan ketika memasuki masjid. Shalat sunnah dua rakaat tersebut dikenal dengan shalat tahiyatul masjid.
9 Macam Shalat Sunnah Berjamaah Dan Munfarid (Terlengkap)
Shalat tahiyatul masjid merupakan salah satu shalat sunnah. Terdapat beberapa shalat sunnah lainnya yang dapat dilakukan secara berjamaah maupun sendirian (munfarid). Berikut macam-macam shalat sunnah.
Shalat Sunnah Berjamaah
Sunnah yang dilakukan secara berjamaah sesuai dengan teladan Rasulullah, antara lain :
Shalat Sunnah Idhul Fitri dan Idul Adha
Shalat Idul Fitri dilaksanakan ketika hari raya Idul Fitri yang bertepatan pada tanggal 1 Syawal. Sunnah Idul Fitri dilaksanakan umat Islam sebagai suatu ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas nikmat yang telah diberikan dan merupakan perayaan akan kemenangan yang didapat setelah melaksanakan ibadah selama bulan Ramadhan.
Shalat ini dilaksanakan setelah umat muslim membayarkan zakat fitrah terlebih dahulu. Zakat fitrah akan diberikan kepada yang membutuhkan. Umat muslim disunnahkan untuk makan terlebih dahulu sebelum melaksanakan shalat sunnah Idul Fitri.
Umat Islam juga merayakan salah satu hari besar keagamaannya yang disebut dengan hari raya Idul Adha. Hrai raya Idul Adha jatuh pada tanggal 10 Zulhijah. Hari raya Idul Adha dikenal juga dengan nama hari raya kurban (id al-qurban), hari raya penyembelihan (yaum an-nahr) atau hari raya besar (id al-kabir).
Pelaksanaan shalat sunnah Idul Fitri dan Idul Adha
Pelaksanaan shalat sunnah Idul Fitri dan Idul Adha didasarkan pada sebuah hadis.
قدم رسول الله صلى الله عليه وسلم المدينة ولهم يومان يلعبون فيهما فقال ما هذان اليومان قالوا كنا نلعب فيهما في الجاهلية فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم إن الله قد أبدلكم بهما خيرا منهما يوم الأضحى ويوم الفطر
Artinya: Dari Anas dia berkata, “Rasulullah saw. Tiba di Madinah, sedangkan penduduknya memiliki dua hari khusus untuk permainan maka beliau bersabda: “Apakah maksud dari dua hari ini?” Mereka menjawab, “Kami biasa mengadakan permainan pada dua hari tersebut semasa masih jahiliah.” Maka Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah telah menggantikan untuk kalian yang lebih baik dari kedua hari tersebut, yaitu hari (raya) kurban (Idul Adha) dan hari raya Idul Fitri.” (H.R. Abu Daud)
Shalat sunnah Idul Fitri dan Idul Adha dilaksanakan dengan dua rakaat. Pada setiap rakaatnya diawali dengan membaca beberapa kali takbir. Shalat sunnah Idul Fitri dan Idul Adha dilaksanakan pada waktu matahari terbit hingga condong ke arah barat. Pelaksanaan shalat sunnah Idul Fitri dan Idul Adha dianjurkan di tempat yang luas seperti masjid atau tanah lapang.
Shalat Sunnah Istiska
Shalat istiska merupakan shalat sunnah yang dilaksankan dengan tujuan untuk meminta turunnya hujan. Sunnah istiska dilakukan ketika menghadapi musim kemarau yang panjang sehingga sumber-sumber air menjadi kering yang mengakibatkan semua makhluk hidup kekurangan air. Shalat ini dapat dilakukan kapan saja, kecuali pada saat-saat shalat wajib hukumnya menjadi makruh.
Pelaksanaan shalat sunnah istiska tertuang dalam ayat berikut.
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُكَانَ غَفَّارًا
يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا
وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَوَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا
Artinya: “Maka aku berkata (kepada mereka), “Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, sungguh, Dia Maha Pengampun, niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu, dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu.” (Q.S. Nuh [71]: 10-12)
Shalat Sunnah Khusuf dan Kusuf
Shalat sunnah khusuf adalah shalat sunnah yang dilakukan ketika gerhana bulan terjadi, sedangkan shakat sunnah kusuf adalah shalat sunnah yang dilakukan ketika gerhana matahari terjadi. Pelaksanaan shalat sunnah khusuf adalah sejak mula-mula gerhana terjadi hingga bulan tertutup, sedangkan shalat sunnah kusuf dilaksanakan ketika mula-mula gerhana terjadi sampai matahari tertutup.
Pelaksanaan shalat sunnah khusuf dan kusuf disampaikan dalam hadis berikut.
خسفت الشمس على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم فأتى المصلى فكبر فكبر الناس ثم قرأ فجهر بالقراءة و أطال القيام
Artinya: Áisyah r.a.berkata,” Telah terjadi gerhana pada zaman Rasulullah saw. Kemudian beliau mendatangi tempat shalat, lalu bertakbir dan orang-orang pun bertakbir.kemudain dalam shalat beliau membaca dan beliau mengeraskan bacaan itu dan lama berdiri (Musnad Ahmad Ibnu Hanbal)
Shalat Sunnah Munfarid
Selain shalat sunnah berjamaah, ada pula shalat sunnah yang dilakukan secara sendiri (munfarid). Beberapa shalat sunnah dilakukan secara munfarid mengingat shalat sunnah tersebut bersifat pribadi dan sesuai dengan kebutuhan yang melaksanakan. Berikut macam-macam shalat sunnah munfarid.
Shalat Sunnah Istikharah
Manusia selalu membutuhkan petunjuk untuk menjalani kehidupannya dengan baik. Allah SWT sebagai pencipta alam semesta dan isinya mengetahui segala hal yang tidak diketahui manusia. Allah SWT merupakan sebaik-baiknya penolong dan tempat bergantung bagi manusia.
Ketika manusia menghadapi situasi yang membingungkan, maka sudah sepatutnya manusia meminta petunjuk kepada Allah SWT. Salah satu cara yang dilakukan manusia untuk meminta petunjuk dari Allah adalah dengan melaksanakan shalat istikharah.
Shalat istikharah dilakukan sebanyak dua rakaat yang diiringi dengan doa memohon agar diberikan petunjuk oleh Allah SWT. Pelaksanaan shalat istikharah disampaikan dalam hadis berikut.
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُنَا الِاسْتِخَارَةَ فِي الْأُمُورِ كُلِّهَا كَمَا يُعَلِّمُنَا السُّورَةَ مِنْ الْقُرْآنِ يَقُولُ إِذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالْأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الْفَرِيضَةِ ثُمَّ لِيَقُلْ
Artinya: Dari Jabir bin ‘Abdullah r.a. berkata, “Rasulullah saw. mengajari kami shalat istikharah dalam setiap urusan yang kami hadapi sebagaimana beliau mengajarkan kami Al-Qur’an. Beliau bersabda: “Jika seseorang dari kalian menghadapi masalah maka rukuklah (shalat) dua rakaat yang bukan shalat wajib.” (H. R. Bukhari)
Shalat Sunnah Tahiyatul Masjid
Shalat ini dilaksanakan sebagai suatu bentuk penghormatan tehadap masjid. Tahiyatul hendaknya dilaksanakan ketika memasuki masjid dan sebelum duduk.
Dasar pelaksanaan shalat tahiyatul masjid adalah sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Qatadah berikut ini.
إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمْ الْمَسْجِدَ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يَجْلِسَ
Artinya: Rasulullah saw. bersabda, “Jika salah seorang dari kalian masuk masjid maka hendaklah shalat dua rakaat sebelum dia duduk.” (H. R. Bukhari dan Muslim)
Shalat Sunnah Rawatib
Adalah shalat sunnah yang dilakukan sebelum atau sesudah shalat wajib (fardu). Pelaksanaan shalat sunnah rawatib yaitu sebuah hadis Rasulullah SAW.
حَفِظْتُ مِنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرَ رَكَعَاتٍ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ فِي بَيْتِهِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ فِي بَيْتِهِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلَاةِ الصُّبْحِ
Artinya: “Saya memperoleh pelajaran shalat dari Nabi saw. sebanyak sepuluh rakaat, yaitu dua rakaat sebelum Zuhur, dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah Magrib, dua rakaat sesudah Isya, dan dua rakaat sebelum Subuh.” (H. R. Bukhari dan Muslim).
Shalat sunnah rawatib terbagi menjadi dua berdasarkan waktu dan keutamaannya. Terdapat dua shalat sunna rawatib berdasarkan waktunya, yaitu shalat sunnah rawatib qabliyah (sebelum shalat wajib) dan ba’diyah (sesudah shalat wajib).
Shalat sunnah rawatib dibagi menjadi shalat sunnah rawatib muakkad dan gairu muakkad beradasarkan keutamaannya.
Shalat sunnah rawatib muakkad
sangat dianjurkan sebab Rasulullah SAW sering melakukannya. Berikut macam-macam shalat sunnah rawatib muakkad.
- Dua rakaat sebelum shalat Subuh
- lalu Dua rakaat sebelum shalat Zuhur
- Dua rakaat setelah shalat Zuhur
- ada Dua rakaat setelah shalat Magrib
- Dua rakaat setelah shalat Isya
Shalat sunnah rawatib gairu muakkad
merupakan shalat sunnah yang tidak selalu dilakukan Rasulullah saw., akan tetapi tetap diajurkan walaupun anjuran tersebut tidak sekuat shalat sunnah rawatib muakkad. Berikut macam-macam shalat sunnah rawatib gairu muakkad.
- Dua rakaat sebelum dan setelah shalat Zuhur selain rawatib muakkad
- Empat rakaat sebelum shalat Ashar
- Dua rakaat sebelum shalat Magrib
- Dua rakaat sebelum shalat Isya
Shalat Sunnah yang dapat Dilakukan Berjamaah atau Munfarid
Selain shalat sunnah pada penjelasan di atas, terdapat shalat sunnah yang dapat dilakukan secara munfarid atau berjamaah seperti berikut ini.
Shalat Sunnah Tahajud
Tahajud berarti bangun dari tidur. Shalat sunnah tahajud ialah shalat sunnah yang dilakukan waktu malam hari dan setelah bangun dari tidur walaupun hanya tidur sebentar.
Pelaksanaan shalat sunnah tahajud didasarkan pada ayat Al-Qur’an berikut.
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا
Artinya: Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji. (Q. S. Al- Isra [17]: 79)
Pelaksanaan shalat tahajud dapat dilakukan pada awal, tengah atau akhir malam. Namun, waktu utama dalam melaksanakan shalat sunnah tahajud adalah pada sepertiga malam terakhir. Shalat tahajud tidak ditentukan jumlah rakaatnya.
Shalat Sunnah Dhuha
Adalah shalat sunnah yang dilakukan pada pagi hari. Dapat dilakukan mulai dari matahari terbit setinggi tujuh hasta sampai matahari tergelincir atau tiba waktunya shalat Zuhur.
Pelaksanaan shalat sunnah dhuha yaitu hadis berikut.
أَوْصَانِي خَلِيلِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلَاثٍ صِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَيْ الضُّحَى وَأَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ أَنَامَ
Artinya: Dari Abu Darda’ berkata, “Kekasihku saw. mewasiatkan kepadaku untuk melakukan tiga hal, yaitu agar aku tidak meninggalkan selama hidupku, puasa tiga hari tiap bulan, shalat dhuha dan tidak tidur sebelum shalat witir.” (H. R. Muslim)
Shalat sunnah dhuha dilakukan sebanyak dua sampai dua belas rakaat. Hikamh dari melaksanakan shalat sunnah dhuha antara lain akan mendapatkan pengampunan dari Allah SWT, ketenangan rohani, rejeki yang bertambah serta kemudahan untuk masuk surga.
Shalat Sunnah Tarawih dan Witir
Shalat sunnah tarawih dilaksanakan pada malam hari hanya ketika berada bulan Ramadhan saja sehingga shalat sunnah tarawih disebut juga dengan shalat qiyamu Ramadhan.
sunnah tarawih
Pelaksanaan shalat sunnah tarawih didasarkan pada sebuah hadis berikut.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلّى الله عليه وسلّم : « مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya: Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa yang menunaikan shalat pada malam bulan Ramadhan (shalat tarawih) dengan penuh keimanan dan mengharap (pahala dari dari Allah), maka dosa-dosanya yang telah yang telah berlalu akan diampuni.” (H. R. Muslim)
Banyak ulama berpendapat tentang jumlah rakaat shalat sunnah tarawih. Sebagian ulama berpendapat jumlah rakaat shalat sunnah tarawih adalah delapan dan sebagiannya lagi mengatakan dua puluh rakaat.
sunnah witir
Shalat sunnah tarawih biasanya selalu ditutup dengan shalat witir, sehingga shalat witir disebut juga shalat penutup malam. Shalat witir umumnya dilakukan setelah shalat Isya.
Kata witir berarti ganjil, sehingga jumlah rakaat shalat witir selalu berjumlah ganjil, yaitu mulai dari satu, tiga, lima, tujuh, sembilan atau sebelas. Shalat witir sebanyak tiga rakaat dilakukan dengan dua salam.
Sekianlah penjelasan materi 9 Macam Shalat Sunnah Berjamaah Dan Munfarid (Terlengkap) oleh pustakaindo. Dengan mengetahui macam-macam shalat sunnah berjamaah dan munfarid semoga kita dapat mengamalkannya. Terima kasih 🙂