Bangsa Akkadia : Perekonomian, Bahasa, & Kebudayaan – Pada kesempatan ini, kami akan membahas mengenai sejarah bangsa Akkadia, yang mencakup berbagai aspek seperti definisi, perekonomian, bahasa, kebudayaan, dan kepercayaan. Untuk lebih memahami dan mengerti, mari kita simak ulasannya di bawah ini.
Peradaban Bangsa Akkadia
Peradaban Akkadia dimulai dengan kedatangan suku bangsa yang berakar Semit dari wilayah barat Bulan Sabit ke wilayah Atas dan Tengah Mesopotamia. Meskipun pada awalnya kurang berkembang jika dibandingkan dengan peradaban Sumeria, suku nomaden ini perlahan membangun negara-kota seperti yang terjadi di Mesopotamia Bawah. Sekitar tahun 2400 SM, seorang pemimpin suku Semit yang terkenal dengan nama Sargon I, berhasil menyatukan berbagai negara-kota di Mesopotamia Atas.
Sargon I kemudian meluaskan wilayah kekuasaannya hingga ke Mesopotamia Bawah dengan menaklukkan bangsa Sumeria, memaksa mereka tunduk di bawah pemerintahannya. Peristiwa ini menandai dimulainya proses asimilasi antara bangsa Sumeria dan bangsa Semit. Setelah penaklukan tersebut, terbentuklah unifikasi Mesopotamia pertama yang dikenal sebagai Imperium Akkadia.
Jadi, bangsa Semit pertama yang tiba di wilayah Mesopotamia bagian selatan adalah suku Akkadia. Sargon I adalah pendiri dinasti Akkadia. Salah satu prestasi Sargon I adalah berhasil merebut kerajaan Sumeria yang dipimpin oleh Lugalzagizi. Sargon I memulai kariernya sebagai penguasa Kish, kemudian mendirikan kota sendiri di Agade.
Kekuasaan besar seperti yang terbentuk di Akkadia pada masa Sargon I belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah. Meskipun bangsa Byblos yang berbahasa Semitik (600-700 SM sebelum masa Sargon I) telah menjalin hubungan perdagangan dan budaya dengan Mesir, namun Imperium Akkadia di bawah Sargon I merupakan kekuasaan besar pertama. Agade, ibukota kerajaan Akkadia, terletak di luar wilayah Sumeria di bagian barat laut. Bangsa Akkadia dianggap semi-barbar, dan Sargon I serta keturunannya, seperti pendahulunya, Lugalzagizi, dikenal sebagai pemimpin perang. Sargon I bahkan dikabarkan telah memimpin ekspedisi ke Asia Kecil sebagai respons terhadap bantuan yang diterima dari pemukiman pedagang. Langkah luar biasa Sargon I ini menjadi legendaris dalam sejarah.
Perekonomian Bangsa Akkadia
Ekonomi Kekaisaran Akkad bergantung pada sektor pertanian, dengan dua pusat utama pertanian. Daerah selatan Akkadia mengandalkan sistem irigasi, sementara daerah utara, terutama di daerah Atas, mengandalkan pertanian musiman yang bergantung pada hujan.
Bahasa & Kebudayaan Bangsa Akkadia
Dilihat dari peradaban yang pernah mereka bangun, Kekaisaran Akkad sebagian besar mengadopsi peradaban Sumeria dengan sangat mirip, bahkan secara keseluruhan. Mereka mewarisi tulisan, bahasa, dan bahkan kebudayaan Sumeria. Dalam teori, peradaban Akkadia sangat dipengaruhi oleh Sumeria, termasuk dalam hal perhitungan kalender tahunan berdasarkan bulan, sistem perhitungan angka, timbangan, jarak, dan lain-lain. Bangsa Akkadia bahkan mampu memproduksi alat-alat dari tembaga dan merakit kendaraan perang.
Pada milenium ke-3 SM, terjadi simbiosis kebudayaan yang erat antara bangsa Sumeria dan bangsa Akkad yang berbicara bahasa Semit. Ini termasuk penyebaran bilingualisme, di mana bahasa Akkadia perlahan menggantikan bahasa Sumeria sebagai bahasa lisan utama pada abad ke-3 dan ke-2 SM. Bahasa Akkadia ditulis menggunakan huruf-huruf Sumeria, meskipun penggunaannya terasa aneh untuk mengekspresikan bahasa dari keluarga Semitik. Hal ini karena akar kata dalam bahasa Semitik tidak terdiri dari urutan suku kata, melainkan serangkaian dari tiga konsonan.
Agama dan Kepercayaan Bangsa Akkadia
Bangsa Akkadia adalah penganut politeisme, yang berarti mereka menyembah banyak dewa. Agama yang dianut oleh bangsa Akkadia mirip dengan agama yang dianut oleh bangsa Sumeria, karena terjadi integrasi antara penduduk Akkadia dan Sumeria. Sebagian besar dewa Akkadia adalah dewa-dewa Sumeria yang disamarkan dengan nama-nama Semitik.
Namun, ada beberapa perbedaan, seperti penghormatan terhadap Dewi Najrusu dan Ishtar (Dewi Venus) yang khas bagi bangsa Akkadia. Selain itu, orang-orang Akkadia juga menyembah api, menganggapnya sebagai sumber utama kehidupan dan kebaikan. Peradaban Sumeria telah mengembangkan karakteristik yang mencolok dalam aspek keagamaan, dan ketika bangsa Akkadia mengambil alih, mereka mewarisi ketaatan religius tersebut. Ketaatan ini diekspresikan melalui arca-arca sesembahan yang kecil, yang merupakan salah satu fitur utama seni rupa Sumeria.
Masa Kejayaan Bangsa Akkadia
Raja-raja kekaisaran Akkad mencapai puncak kejayaannya antara abad ke-24 dan ke-22 SM sebagai hasil dari penaklukan yang dilakukan oleh pendiri mereka, Sargon dari Akkad (2334-2279 SM) dan penerus-penerusnya. Di bawah kepemimpinan Sargon dan raja-raja setelahnya, kekaisaran Akkad secara singkat menaklukkan wilayah di antara sungai Tigris dan Efrat sekitar tahun 2300 SM. Kemudian, bangsa Akkad membawa bahasa Semit ke wilayah-wilayah yang mereka taklukkan.
Legenda Bangsa Akkadia
Menurut legenda Sumer, Sargon dilahirkan sebagai anak dari seorang lelaki miskin, mungkin hasil hubungan antara seorang tukang kebun dengan seorang pendeta tinggi wanita Akkad. Ibunya membuangnya dengan menaruhnya dalam sebuah keranjang dan menghanyutkannya ke sungai. Namun, Sargon diselamatkan dan dibesarkan di istana raja.
Setelah dewasa, Sargon mendirikan kota baru yang disebut Akkad dan menjadi rajanya. Dia kemudian menaklukkan wilayah-wilayah di sekitarnya satu per satu, akhirnya berhasil mendirikan kekaisaran pertama di dunia, yaitu Kekaisaran Akkad. Sargon juga memperkenalkan gagasan baru bahwa tahta raja harus diwariskan kepada putra-putranya.
Selain itu, Sargon membantu menyatukan kekaisarannya dengan menjadikan putrinya, Enheduanna, sebagai pendeta tinggi seumur hidup untuk dewa bulan Nanna di Ur dan dewa langit An di Uruk. Dia juga dikenal sebagai penulis himne-himne panjang yang menyatakan takdir bersatunya kekaisaran Sargon, menjadikannya penulis pertama yang namanya kita kenal dalam sejarah.
Anak-anak Sargon menggantikannya sebagai raja Akkad setelah kematiannya. Namun, mereka terbunuh, sehingga cucunya, Narman-Sin, naik tahta. Narman-Sin memerintah selama 56 tahun dan berhasil menguasai seluruh Asia Barat Daya. Kekaisaran Akkad membentang dari Lebanon hingga pesisir Laut Tengah di utara, hingga ke Turki dan Teluk Persia di selatan.
Akhir Dari Kekaisaran Bangsa Akkadia
Pada sekitar tahun 2230 SM, dinasti Sargon I digulingkan oleh suku gunung Gutaean yang dianggap barbar, datang dari timur laut. Mulai tahun 2130-2120 SM, baik wilayah Sumeria maupun Akkadia berada di bawah kekuasaan Gutaean. Selama periode pemerintahan Gutaean ini, suku Amoriah yang berbicara bahasa Semitik datang ke Akkadia dari arah barat daya dan mendirikan Kerajaan Babilonia. Orang-orang Gutaean yang sebelumnya tidak disukai oleh masyarakat Sumeria dan Akkadia akhirnya dibunuh atau diusir oleh suku Amoriah. Sementara itu, orang-orang Amoriah memegang peran kepemimpinan dalam fase selanjutnya.