Sejarah Agama Hindu Berkembang di Indonesia (Terlengkap) – Negara Indonesia memberikan pengakuan atas adanya enam agama yang ada di Indonesia. Salah satu di antaranya ialah agama Hindu. Sebagian besar pemeluk agama Hindu di Indonesia berasal dari Bali, namun banyak pula para pemeluk agam Hindu yang berasal atau tinggal di wilayah lain. Agama Hindu adalah satau sejarah untuk bangsa Indonesia.
Sejarah Agama Hindu Berkembang di Indonesia (Terlengkap)
Agama Hindu lahir sebab latar belakang sebagaimana tercantum dalam sejarah agama Hindu sendiri. Kita semua mengetahui bahwa di dalam agama Hindu dikenal adanya pembagian kasta untuk para pemeluknya. Selain itu, para umat Hindu memiliki banyak dewa yang dijadikan sembahan.
Namun, R. Antoine menyatakan sangat sulit jika memberikan definisi terhadap Hinduisme sebab Hinduisme bukanlah satu agama yang hanya cukup mengucap dua kalimat syahadat yang semua orang tidak wajib mematuhinya.
Hinduisme lebih cenderung sebagai suatu federasi bermacam pendekatan pada realita yang ada di balik suatu kehidupan. Namun, agama Hindu di Indonesia pun sudah mendapat pengakuan serta disahkan oleh pemerintah.
Agama Hindu masuk ke Indonesia di awal tahun Masehi. Proses tersebut bisa diketahui dari bukti-bukti tertulis maupun benda-benda sejarah di abad 4 Masehi di mana masa itu ditemukan tujuh buah yupa yang merupakan peninggalan Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur.
Berdasarkan yupa-yupa tersebut, diperoleh keterangan tentang kehidupan beragam di masa itu bahwa yupa dibanun guna memperingati dan melaksanakan yadnya oleh Mulawarman. Keterangan lain menyatakan bahwa raja Mulawarman melakukan yadnya di sebuah tempat suci dan memuja Dewa Siwa. Tempat pemujaan suci itu dinamakan Vaprakeswara.
Agama Hindu masuk ke Indonesia
Memberikan pembaharuan yang besar seperti sebagai tanda bahwa Indonesia sudah lepas dari masa prasejarah, adanya perubahan dari kepercayaan kuno dalam kehidupan beragama yang memuja Tuhan dengan berpedoman pada kitab suci Veda serta adanya kerajaan-kerajaan yang mengatur kehidupan di suatu daerah.
Selain di Kutai Kalimantan Timur, agama hindu pun berkembang di Jawa Barat sejak abad 5. Hal itu didudkung dengan bukti tujuh buah prasasti yaitu prasasti Kebonkopi, Ciaruteun, Pasir Awi, Jambu, Tugu, Muara Cianten dan Lebak.
Ketujuh prasasti itu ditulis dalam bahasa Sansekerta menggunakan huruf Pallawa. Dari prasasti-prasasti itulah diperoleh informasi bahwa Raja Purnawarman merupakan Raja Tarumanegara dan beragama Hindu. Raja Purnawarman merupakan pribadi yang berani dan dalam lukisan tapak kakinya disamakan dengan tapak kaki Dewa Wisnu.
Bukti
Lainnya ialah perunggu di Cebuya yang memakai atribut Dewa Siwa serta diperkirakan dibuat di masa pemerintahan Raja Tarumanegara. Menurut data tersebut, jelas sudah bahwa Raja Purnawarman merupakan umat Hindu yang memuja Tri Mutri.
Agama Hindu pun berkembang di Jawa Tengah. Hal itu dibuktikan dengan penemuan prasasti Tukman di lereng Gunung Merbabu. Pada Tukman juga ditulis menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Ini lebih muda dibandingkan dengan prasasti Purnawarman.
Prasasti tersebut memakai atribut Dewa Tri Murti (Kendi, Trisla, Bunga Teratai Mekar dan Kapak) dan diperkirakan berasal dari tahun 650 Masehi. Ada keterangan lain yang diperoleh dari Prasasti canggal yang juga menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta.
Prasasti canggal dibuat pada tahun 654 Caka atau 576 Masehi oleh Raja Sanjaya dan Candra Sengkala yang bunyinya “Sruti Indriya Rasa” dan berisi tentang pemujaan pada Dewa Wisnu, Dewa Siwa dan Dewa Brahma sebagai Tri Murti.
Kelompok Candi
Kemudian, ada kelompok Candi Srikandi dan Candi Arjuna di dataran tinggi Dieng dari abad 8 Masehi serta Candi Prambanan berhiaskan Arca Tri Murti yang dibangun pada 856 Masehi yang menjadi bukti akan perkembangan agama Hindu di Jawa Tengah.
Selain itu, perkembangan agama Hindu juga terjadi di Jawa Timur yang didukung dengan bukti penemuan Prasasti Dinoyo (Dinaya) berhuruf Jawa Kuno berbahasa Sansekerta di dekat Kota Malang. Prasasti itu berisi tentang pelaksanaan upacara besar pada 760 Masehi oleh Raja Dea Simha dan para ahli Veda, Brahmana besar, pendeta dan penduduk setempat.
Raja Dea Simha merupakan salah satu raja Kerajaan Kanjuruan. Peninggalan tertua kerajaan bercorak Hindu di Jawa Timur ialah Candi Budut di daerah Malang.
Lalu, ada Mpu Sendok dari Dinasti Isyana Wamsa dengan gelar Isanottunggadewa yang berarti raja yang amat dimuliakan dan merupakan pemuja Dewa Siwa tahun 929 sampai 947. Penerus Mpu Sendok yakni Dharma Wangsa. Ada Airlangga yang memerintah Kerajaan Sumdedang pada 1019 sampai 1042 yang juga umat Hindu yang taat.
Sesudah Dinasti Isyana Wamsa, muncul Kerajaan Kediri pada 1042 sampai 1222 yang menjadi pengembangan agama Hindu. Di masa Kerajaan Kediri banyak karya sastra Hindu muncul contohnya Kitab Haratayudha, Kitab Smaradahana, Kitab kresayana, Kitab Wartasancaya dan Kitab Lubdhaka.
Ada pula Kerajaan Singosari tahun 1222 sampai 1229. Di masa Singosari dibangun Candi Jago, Candi Kidal dan Candi Singosari sebagai peninggalan. Di akhir abad 13 Masehi, Singosari runtuh dan muncul Majapahit sebagai sebuah kerajaan besar yang terbentar di seluruh nusantara.
Masa Kejayaan Majapahi
Yakni masa gemilangnya kehidupan serta perkembangan agama Hindu ditandai dengan pembangunan Candi Penataran dan terbitnya kitab Negarakertagama.
Perkembangan agama Hindu selanjutnya terjadi di Bali yang diperkirakan masuk di abad 8 Masehi. Hal itu dibuktikan dengan prasasti-prasasti, Arca Siwa dan Pura Putra Bhata di Badahulu, Gianyar. Arca Siwa tersebut sama dengan yang ada di jawa Timur.
Berdasarkan uraian lontar-lontar Bali, diketahui bahwa Mpu Kuturan ialah pembaharu agama Hindu di Bali. Mpu Kuturan datang ke Bali abad 2 Masehi di masa pemerintahan Udayana. Mpu Kuturan memberikan pengaruh besar di Bali.
Sekte-sekte yang sudah ada sebelumnya bisa disatukan dengan pemujaan Khayangan Tiga, Khayangan jagad, sad Khayangan dan Sanggah Kemulan seperti yang ada dalam Usama Dewa. Sejak abad itu masyarakat mulai melakukan pemujaan Tri Murti di Pura Khayangan Tiga.
Sebagai bentuk penghormatan atas jasanya, maka didirikan pelinggi Menjangan Salwang. Mpu Kuturan melakukan Moksa di Pura Silayukti. Semenjak ekspedisi Gajah Mada ke bali pada 1343 hingga akhir abad 19 masih ada pembaharuan teknis pengamalan ajaran Hindu.
Di masa Dalem Waturenggong
Di masa Dalem Waturenggong, perkembangan agama Hindu mencapai masa kejayaan ditandai datangnya Danghyang nirartha (Dwijendra) ke Bali di abad 16. Jasanya sangat besar dalam bidang agama, sastra dan arsitektur dengan dibangunna tempat-tempat suci misalnya Peti Tenget , Pura Rambut Siwi dan Dalem gandamayu (Klungkung).
Kemudian, perkembangan agama Hindu sesudah keruntuhan kerajaan-kerajaan Bali, pembinaan kehidupan beragama semapt mengalami kemunduran. Sejak tahun 1921, upaya pembinaan hadir dengan adanya Suita Gama Tirtha di Singaraja.
Sara Poestaka di ubud pada 1923, Surya Kanta di Singaraja pada 1925, Perhimpunan Tjatur wangsa Durga Gama Hindu Bali di Klungkung pada 1926, Peruman Para Penandita di Singaraja 1949, Majelis Hinduisme di Klungkun pada 1950, Wiwadha Sastra Sabha di Denpasar pada 1950 dan Majelis Agama Hindu pada 23 Februari 1959.
Lalu, 17 sampai 23 November 1961 berhasil diasakan Dharma Asrama Para Singgih di Campuan ubud yang membuahkan Campuan yang menjadi titik awal serta dasar pembinaan umat Hindu. Pada 7 sampai 10 Oktober 1964 digelar Mahashaba Hindu Bali yang menetapkan majelis keagamaan Parisada Hindu Bali yang kemudian menjadi Parisada Hindu Dharma Indonesia.
Demikian penjelasan materi Sejarah Agama Hindu Berkembang di Indonesia (Terlengkap). Semoga materi tersebut bisa dipahami dengan mudah serta menjadi tambahan pengetahuan bagi para pembaca. Terima kasih 🙂