Sejarah Bahasa Indonesia – Bahasa Indonesia, pada dasarnya, memiliki akar dari bahasa Melayu yang digunakan di masa lalu, terutama pada zaman Kerajaan Sriwijaya. Bahasa Melayu sering digunakan sebagai bahasa penghubung di antara berbagai suku di berbagai penjuru Nusantara. Selain itu, bahasa Melayu juga menjadi bahasa perdagangan di antara para pedagang di Nusantara maupun dari luar Nusantara.
Perkembangan bahasa Melayu semakin meluas di seluruh Nusantara seiring dengan penyebaran agama Islam. Keberadaannya yang kuat juga didukung oleh kenyataan bahwa bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara. Hal ini disebabkan oleh perannya sebagai bahasa penghubung antara suku-suku, pulau-pulau, pedagang, serta kerajaan di wilayah tersebut.
Sejarah Bahasa Indonesia
Sejarah Bahasa Indonesia dimulai Pada zaman Sriwijaya, Bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa kebudayaan, khususnya dalam pembelajaran agama Buddha. Selain itu, Bahasa Melayu juga berperan sebagai bahasa komunikasi antar suku di wilayah Nusantara. Fungsi lain dari Bahasa Melayu adalah sebagai bahasa perdagangan, terutama dalam interaksi dengan para pedagang dari luar Nusantara.
Pertumbuhan dan perkembangan Bahasa Melayu semakin terlihat jelas melalui peninggalan-peninggalan dari kerajaan Islam. Contohnya, terdapat batu bertulisan seperti yang ditemukan pada batu nisan di Minye Tujah, Aceh, yang berasal dari tahun 1380 M. Selain itu, sastra juga menjadi bukti penting, seperti syair Hamzah Fansuri, hikayat raja-raja Pasai, sejarah Melayu, Tajussalatin, dan Bustanussalatin, yang berasal dari abad ke-16 dan ke-17.
Bahasa Melayu menyebar ke seluruh pelosok Nusantara seiring dengan penyebaran agama Islam di wilayah tersebut. Bahasa Melayu dengan mudah diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa penghubung antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa, dan antar kerajaan karena sifatnya yang tidak mengenal kasta atau hierarki.
Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan mengonfirmasi bahwa Bahasa Indonesia memiliki asal-usul dari Bahasa Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari Bahasa Melayu yang telah lama digunakan sebagai bahasa perhubungan (lingua franca), bukan hanya di Kepulauan Nusantara, tetapi juga hampir di seluruh Asia Tenggara.
Dahulu, Bahasa Indonesia dikenal sebagai Bahasa Melayu yang berfungsi sebagai bahasa penghubung antara berbagai etnis yang mendiami kepulauan Nusantara. Selain menjadi bahasa penghubung di antara suku-suku, Bahasa Melayu juga menjadi bahasa transaksi perdagangan internasional di kawasan kepulauan Nusantara, digunakan oleh berbagai suku bangsa Indonesia dengan para pedagang asing.
Bahasa Melayu terdapat dua jenis yaitu
Ada dua jenis Bahasa Melayu yang umum dikenal, yaitu Melayu Pasar dan Melayu Tinggi. Melayu Pasar sangat fleksibel, mudah dimengerti, dan ekspresif, dengan toleransi kesalahan yang besar serta mampu menyerap istilah-istilah dari berbagai bahasa lain yang digunakan oleh pengguna-penggunaya.
Melayu Tinggi, di sisi lain, digunakan oleh kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya pada masa lalu. Bahasa ini memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi karena penggunaannya yang halus, penuh sindiran, dan kurang ekspresif dibandingkan dengan Melayu Pasar.
Bahasa Melayu dipilih menjadi bahasa nasional bagi negara Indonesia karena beberapa alasan yang menggembirakan. Salah satunya adalah jika dibandingkan dengan bahasa lain seperti bahasa Jawa (yang merupakan bahasa ibu bagi sekitar setengah penduduk Indonesia), bahasa Melayu dianggap memiliki penggunaan yang lebih terbatas. Meskipun demikian, pemilihan bahasa Jawa sebagai bahasa nasional akan dinilai sebagai bentuk pengistimewaan yang berlebihan. Selain itu, bahasa Melayu juga lebih diterima secara fonetis, morfologis, dan leksikal. Bahasa Jawa memiliki ribuan morfem leksikal bahkan beberapa yang bersifat gramatikal.
Faktor yang paling penting dalam pemilihan bahasa Melayu adalah sejarahnya yang panjang sebagai lingua franca. Pada tahun 1928, bahasa Melayu mengalami perkembangan pesat ketika para pemuda dari berbagai wilayah Nusantara berkumpul dalam Kongres Pemuda dan mengucapkan Sumpah Pemuda. Setelah kemerdekaan Indonesia, Bahasa Indonesia diakui secara resmi pada tanggal 18 Agustus. Undang-Undang Dasar 1945 menetapkan bahwa Bahasa Indonesia adalah bahasa negara.
Fungsi Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia sendiri terbagi menjadi 2 fungsi:
Fungsi Bahasa Secara Umum
- Sebagai alat untuk mengungkapkan perasaan dan mengekspresikan diri. Melalui bahasa, kita dapat menyampaikan gambaran, maksud, gagasan, dan perasaan secara terbuka. Terdapat dua dorongan utama yang mendorong kita untuk mengekspresikan diri, yaitu agar menarik perhatian orang lain terhadap diri kita dan keinginan untuk membebaskan diri dari tekanan emosional.
- Sebagai alat komunikasi yang memungkinkan manusia untuk berinteraksi dan bekerja sama. Bahasa merupakan saluran untuk menyampaikan maksud seseorang dan memungkinkan terjadinya komunikasi antarindividu. Ketika menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, tujuan utamanya adalah agar pesan yang disampaikan dapat diterima oleh pembaca atau pendengar.
- Sebagai alat untuk berintegrasi dan beradaptasi sosial. Ketika beradaptasi dalam lingkungan sosial, seseorang akan menggunakan bahasa yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Hal ini memungkinkan seseorang untuk berbaur dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.
- Sebagai alat kontrol sosial yang mempengaruhi sikap, tingkah laku, dan tutur kata seseorang. Bahasa dapat digunakan sebagai sarana kontrol sosial baik pada diri sendiri maupun pada masyarakat secara umum. Contohnya, melalui buku pelajaran, ceramah agama, diskusi, atau iklan layanan masyarakat, serta sebagai alat untuk meredakan emosi seperti rasa marah melalui menulis.
Fungsi Bahasa Indonesia Secara Khusus
- Mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari. Manusia, sebagai makhluk sosial, tidak bisa lepas dari interaksi dan komunikasi dengan sesamanya. Komunikasi ini dapat berlangsung dalam berbagai bentuk, baik formal maupun non formal.
- Mewujudkan seni, termasuk sastra. Bahasa digunakan untuk mengungkapkan perasaan melalui media seni seperti syair, puisi, prosa, dan sebagainya. Pemahaman yang mendalam tentang bahasa diperlukan untuk memahami makna denotasi dan konotasi yang tersirat dalam karya seni tersebut.
- Mempelajari bahasa-bahasa kuno. Melalui pemahaman bahasa kuno, kita dapat memahami peristiwa dan kejadian di masa lampau. Hal ini membantu kita untuk memahami latar belakang budaya serta mengetahui asal-usul suatu budaya melalui penelusuran naskah kuno atau prasasti.
- Mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Manusia selalu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup. Pengetahuan yang didokumentasikan dan dipelajari dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk kebaikan bersama dan pelestarian pengetahuan tersebut untuk generasi mendatang.
Perkembangan Bahasa Indonesia Masa Reformasi
Munculnya Bahasa Media Massa (bahasa Pers) dapat dilihat dari beberapa faktor, antara lain:
- Bertambahnya jumlah kata-kata singkatan (akronim) yang digunakan dalam berbagai media massa. Hal ini membuat bahasa Pers semakin dipengaruhi oleh singkatan-singkatan yang sering digunakan dalam media.
- Banyaknya penggunaan istilah-istilah asing atau bahasa asing dalam surat kabar dan media lainnya. Penggunaan istilah asing ini semakin memperkaya kosa kata dalam bahasa Pers.
Pers juga turut berperan dalam memperkenalkan istilah-istilah baru, kata-kata, dan ungkapan baru kepada masyarakat. Contohnya adalah istilah KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme), kroni, konspirasi, proaktif, rekonsiliasi, provokator, arogan, hujat, makar, dan sebagainya.
Bahasa Indonesia mulai bergeser menjadi bahasa kedua setelah Bahasa Inggris atau bahasa gaul. Hal ini dipengaruhi oleh media iklan dan para artis yang menggunakan istilah-istilah baru yang terkadang merupakan penyimpangan dari norma-norma dalam berbahasa Indonesia atau mencampuradukan Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.
Itulah sedikit penjelasan mengenai Sejarah Bahasa Indonesia dari kami, semoga bermanfaat.